Rumusan Dialog Budaya Sumatera Utara 2009
1. Konflik budaya dimulai ketika terjadinya migrasi penduduk secara besar-besaran dari satu daerah/tempat ke daerah lainnya dengan membawa budaya masing-masing , namun tidak mau memahami dan menghormati budaya setempat yang pada akhirnya menimbulkan konflik.
2. Konsep multikultural memang sebuah konsep yang baru, namun semanggat multikultural itu justru dapat dilihat pada konteks munculna perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara dengan kedatangan etnis non Melayu di Sumatera.
3. Masyarakat Sumtera Utara merupakan masyarakat multikultural.yang mampu menjaga kerukunan. Budaya melayu menganggap semua orang yang Islam, lahir , hidup dan melaksakan adat dan resam melayu adalah orang melayu, maka hal itu menjadi alat pemersatu karena walaupun seseorang berasal dari jawa, batak tetapi memenuhi syarat sebagai orang melayu maka orang tersebut mejadi orang melayu.
4. Kerukunan itu didapat karena tidak berhasilnya orang-orang tertentu membawa konflik kecil menjadi besar dengan membawa-bawa sentimen kesukuan, dan agama.
5. Dalam setiap budaya, terdapat kearifan dalam memelihara kerukunan. Untuk melestarikan kearifan budaya dapat dilakukan dengan pewarisan nilai-nilai budaya melalui berbagai kegiatan seperti festival budaya, lomba dogeng, permainan tradisional yang memiliki nilai-nilai pendidikan.
6. Peredaman konflik juga dapat dilakukan melalui lelucon-lelucon etnis yang dapat menjadi kanalisasi kemarahan antar etnis.
7. Stereotip etnik tidak menjadi suatu permasalahan karena masing-masing indivdu/etnik sudah menyadari bahwa stereotip tersebut merupakan bagian dari keragaman yang dimiliki oleh masing-masing pemangku budaya.
Jumat, 24 April 2009
rumusan dialog budaya sumut 2009
Diposting oleh Iskandar_epri di 11.30
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar