Kamis, 26 April 2007

PARIWISATA SIMEULUE :

Dunia pariwisata mengundang ketertarikan banyak pemerintah di dunia untuk mengembangkan. Sebagai sumber devisa, pariwisata menyimpan potensi yang sangat besar. Menurut beberapa ahli pariwisata dewasa ini sudah menjadi bidang usaha atau industri terbesar ketiga setelah minyak dan perdagangan senjata. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa pariwisata merupakan bidang usaha terbesar kedua setelah minyak.

Sebagai pemasuk devisa, industri pariwisata memang cukup mengiurkan bagi Negara tujuan. Selain dari valuta asing yang dibelanjakan wisatawan selama berkunjung, negara ataupun daerah tujuan tersebut mendapat keuntungan ekonomis lainnya, seperti penerimaan pajak dari sektor usaha yang terkait dengan pariwisata seperti; hotel, restoran, tempat hiburan dll.

Selain sebagai pemasuk devisa, industri pariwisata dapat juga menjadi motor pengerak perekonomian masyarakat. Sebagai ilustrasi, dalam industri pariwisata memerlukan bebeberapa kebutuhan guna menarik turis untuk mendatangi suatu daerah diantaranya adalah hotel atau penginapan. Untuk memenuhi kebutuhan makan para tamu hotel atau penginapan, pengelola memerlukan bahan makanan yang bermutu dan segar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut mereka mencari bahan makanan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan di daerah sekitar lokasi hotel atau penginapan tersebut agar mendapat bahan yang segar. Kebutuhan ini menjadi peluang bagi masyarakat sekitar untuk mengembangkan agro industri dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas. Contoh lainnya adalah, setiap wisatawan yang berkunjung ke suatu negara atau daerah tentunya memerlukan cenderamata dari negara atau daerah tersebut sebagai tanda kenangan yang dapat diceritakan wisatawan kepada sahabat, keluarga, sejawat. Kebutuhan ini tentunya mendorong masyarakat di negara atau daerah tujuan wisata untuk berkarya dan memproduksi cinderamata yang diinginkan wisatawan. Dengan demikian pada kahirnya mendorong pertumbuhan industri kecil yang ada di masyarakat.

Dari beberapa contoh di atas, pengembangan industri pariwisata juga menjadi pendorong bagi penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor, baik sektor pariwisata itu sendiri amupun sektor yang mendukung pariwisata. Dengan demikian jelas bahwa pengembangan pariwisata mempunyai dampak positif bagi perekonomian masyarakat di negara atau daerah tujuan wisata tersebut. Dengan berkembangnya pariwisata di suatu negara atau daerah akan mengakibatkan perluasan sumber-sumber perekonomian bagi masyarakat di negara atau daerah tujuan wisata tersebut.

Pariwisata adalah suatu gejala yang komplek yang menyangkut manusia manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek. Dari berbagai aspek yang ada, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar adalah aspek ekonomisnya, maka berkembanglah suatu konsep yaitu industri pariwisata yang merupakan suatu kegiatan pariwisata seutuhnya. Sebagai industri, pariwisata mengeluarkan produk yang akan dibeli oleh pembelinya, yakni wisatawan. Ada bermacam-macam produk yang ditawarkan oleh industri pariwisata yang dapat dikelompokkan menjadi 3 bidang, yakni; bidang atraksi, bidang transportasi wisata, dan bidang jasa wisata. Bidang atraksi merupakan sesuatu yang diharapkan dari motif wisatwan berkunjung ke negara atau daerah tujuan wisata. Jadi seorang wisatwan akan berkunjung ke suatu daerah atau negara tujuan wisata untuk melihat atraksi wisata yang ada di daerah atau negara tersebut. Dengan demikian jika suatu negara atau daerah mempunyai niat untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya haruslah memperhatikan ketersediaan atraksi wisata yang dapat menarik wisatwan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Atraksi wisata dalam hal ini dapat berupa panorama alam, keanekaragaman budaya, peninggalan sejarah, kehidupan masyarakat dan sebagainya. Bidang jasa wisata merupakan produk yang dihasilkan pariwisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan wisata di negara atau daerah tujuan wisata. Jasa wisata yang dimaksud adalah hotel-hotel, penginapan, restoran, tempat hiburan, pramuwisita, dan lain-lain. Produk industri wisata yang tidak kalah pentingnya dari produk yang lain adalah transportasi wisata. Produk ini dimaksudkan untuk melayani wisatawan dari tempat asal ke tempat tujuan wisata atau dari hotel ke tempat atraksi wisata.

Berkembang atau tidaknya suatu negara atau daerah menjadi tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan bergantung pada ketiga produk pariwisata yang dihasilkan oleh negara atau daerah tersebut. Semakin bagus dan bersaingnya produk yang dihasilkan, semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke negara atau daerah tersebut. Sebaliknya semakin buruk produk yang dihasilkan semakin berkurang pula wisatawan yang berkunjung ke negara atau daerah tersebut.

Potensi Wisata

Peristiwa tsunami yang melanda Aceh setahun yang lalu banyak membawa hikmah bagi masyarakat Aceh termasuk masyarakat Simeulue. Salah satu hikmah yang terjadi adalah terkenalnnya daerah Simeulue sebagai salah satu daerah yang terkena gelombang tsunami namun tidak menimbulkan korban jiwa yang sangat besar. Masyarakat dunia merasa kagum atas upaya masyarakat Simeulue dalam menghindari korban jiwa yang sangat besar sebagaimana terjadi pada daerah-daerah lain yang terkena gelombang tsunami. Dari berbagai pemberitaan baik televisi maupun surat kabar atau bahkan internet diketahui bahwa keberhasilan masyarakat Simeulue menghindari korban yang cukup besar akibat gelombang tsunami terjadi karena masyarakat Simeulue masih tetap memegang adat istiadat dan mematuhi nasihat para orang tua. Mereka masih memegang teguh nasihat para orang tua yang menganjurkan untuk memelihara hutan mangrove, berlari ke gunung atau tempat yang tinggi jika terjadi gempa besar diikuti surutnya air laut.

Terkenalnya Simeulue di mata masyarakat dunia menjadi sebuah potensi yang sangat besar dalam membangun industri pariwisata selain potensi yang lain. Dengan dikenalnya Simeulue, maka dalam mempromosikan pariwisata pada dunia luar akan menjadi lebih mudah.

Sebelum terjadinya bencana tsunami tahun 2004 yang lalu, daerah Simeulue memiliki kekayaan alam yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan industri pariwisata sebagaimana daerah utama tujuan wisata di Indonesia seperti pulau Bali. Menurut Nyoman S.Pendit[1] Potensi pariwisata Indonesia terletak pada masyarakat (People) bumi nusantara (land), lautan katulistiwa (tropical seas), dan seni budaya (art and culture) yang merupakan : warisan budaya (cultural heritage), adat istiadat) (ways of life), cantiknya alam (lands of beauty), hangatnya air lautan (tropical warmth of sea water), pertanian ( agriculture), perkebunan (plantation), kehidupan masyarakat desa (community life in villages), peninggalan sejarah, monumen, candi, masjid, dll (archaelogy), goa-goa (caves), hutan belantara (jungles), olah raga air (water sports), upacara dan seremoni (programmes and ceremony) dan lain-lain.

Jika kita berpatokan pada pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa Simeulue dapat dikatakan sangat berpotensial untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari apa yang dimiliki oleh Simeulue dan masyarakat yang mendiami pulau tersebut.

Sebagai suatu daerah kepulauan, Simeulue banyak memiliki pantai dan pemandangan bawah laut dengan berbagai biota laut yang sangat indah. Tingginya gelombang menjadi tantangan menarik bagi para peselencar untuk menaklukannya. Selain itu juga lezatnya lobster yang merupakan budidaya unggulan masyarakat Simeulue memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk menikmatinya.

Sebagai daerah kepulauan, Simeulue memiliki sebanyak 15 pulau yang berpenghuni dan 27 pulau yang tidak berpenghuni. Ke 27 pulau yang tidak berpenghuni tersebut sangat layak untuk dijadikan resort-resort pariwisata. Di dalam pulau Simeulue sendiri terdapat berbagai macam objek pariwisata yang dapat lebih dikembangkan. Makam Mangkudo Batu di daerah Teupah Barat, makam Tengku Di ujung di Simeulue Tengah, makam T Silaborit di Simeulue Tengah, Benteng Belanda di Teupah Selatan dan Teupah Barat, Masjid Tabusalihon di Teupah Barat. Teluk Sibigo yang memiliki terumbu karam yang indah, Pantai alus-alus dan Pulau Tampak yang dikelilingi hamparan pasir putih dan sangat menawan untuk olah raga air. Pantai Busung.

Selain potensi alam, Adat istiadat yang tetap dipegang teguh masyarakat Simeulue juga menjadi potensi bagi pengembangan industri pariwisata di simeulue. Kesenian seperti debus, pencak silat, Tari angguk, Tari Andalas, Nandong sangat menarik dan berpotensi untuk dijadikan sebagai atraksi budaya. Buae (menidurkan anak) nanga-nanga yang merupakan kebiasaan masyarakat setempat.[2]

Permasalahan Dalam Pengembangan Pariwisata

Ruang lingkup kegiatan pariwisata di Indonesia menurut Intruksi Presiden Republik Indonesia nomor 9 tahun 1969 adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan promosi, perjalanan dengan segala fasilitas-fasilitas yang diperlukan, akomodasi, rekreasi, pelayanan – pelayanan dan fasilitas-fasiltas lainnya yang diperlukan oleh wisatawan. Dengan demikian untuk mengembangkan pariwisata terdapat 4 kebutuhan dasar yakni : (1) akomodasi, (2) Transportasi, (3) Jasa dan (4) Atraksi.[3]

Dari 4 kebutuhan dasar tersebut, daerah Simeulue dapat dikatakan telah terpenuhi. Fasilitas akomodasi terdiri dari 3 losmen yaitu Losmen simeuleu, Losmen Sukma Raya, dan Losmen Kencana Baru serta rumah makan berjumlah 7 buah. Alat trasportasi yang tersedia menuju Simeuleu dari Banda Aceh terdapat dua jalur yakni jalur laut dengan mengunakan kapal laut melalui pelabuhan ulhelee Banda Aceh dan Pesawat Udara melalui Bandara Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang. Selain itu juga untuk mengunjungi daerah-daerah wisata di Pulau Simeulue, wisatawan dapat mempergunakan kendaraan umum atau pun mencarter kendaraan baik mobil maupun sepeda motor. Sedangkan atraksi yang dapat dilihat wisatawan yang mengunjungi Simeulue terdapat banyak pilihan dari atraksi budaya sampai kehidupan masyarakat Simeulue.

Namun , hal tersebut di atas belum lah cukup. Segala kebutuhan dasar pariwisata yang tersedia di Simeulue hanya mampu untuk melayani masyarakat setempat dan pengunjung dari luar Simeulue yang datang untuk kepentingan lain. Walaupun telah dilayani oleh jasa penerbangan dan laut, namun untuk menuju Simeulue banyak orang merasa kesulitan. Penerbangan hanya dilayani oleh SMAC, satu perusahan penerbangan dengan pesawat kecil. Dengan pesawat yang memiliki kapasitas 18-22 tempat duduk yang selalu fully booked ini , wisatawan yang akan berkunjung ke Simeulue harus bersabar selama seminggu untuk menunggu jadwal penerbangan dan itu pun belum tentu mendapat tiket. Sedangkan transportasi melalui laut belum memiliki jadwal yang tetap dan hanya dilayani oleh kapal kecil. Akomodasi yang tersedia di Simeulue hanyalah setingkat losmen yang rata-rata memiliki 15 kamar tidak memiliki fasilitas AC.

Upaya Simeulue Mengembangkan Pariwisata

Berbagai cerita wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang mengunjungi Simeulue yang mengeluhkan minimnya fasilitas membuat usaha pengembangan pariwisata di Simeulue menjadi tantangan yang cukup berat bagi pihak-pihak terkait terutama Pemerintah Daerah Simeulue.

Pemerintah Daerah Simeulue sangat menyadari bahwa Simeuelue kurang menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di derah tersebut.

Untuk itu Pemda Simeulue berusaha meningkatkan daya tarik investor dengan mengembangkan berbagai kebijaksanaan diantaranya menetapkan arah kebijaksanaan pembangunan ekonomi. Adapun arah kebijaksanaan yang terkait dengan sektor pariwisata adalah :

1. Menggali dan mengembangkan kebudayaan dan kesenian khas daerah Simeulue yang bersumber pada warisan leluhur yang berakar dari budaya Islam dalam rangka mendukung terpeliharanya kerukunan hidup masyarakat.

2. Menjalin kerjasama terprogram antar dinas terkait dengan lembaga adat dan seniman yang ada di masyarakat.

3. Menata dan membenahi objek-objek wisata alam dan wisata bahari yang bernilai ekonomis tanpa merusak lingkungan, dipadukan dengan pengembangan seni budaya dan cinderamata khas Simeulue.

4. Membangun dan menata kembali apresiasi seni dan adat istiadat yang membudaya dalam masyarakat sebagai penangkal budaya luar yang dapat merusak moral dan identitas bangsa.

5. Menciptakan iklim sosial yang dapat membuka kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk berperan dalam mengaplikasikan hukum dan adat istiadat dalam tatanan hidup yang dipatuhi dan dihormati.

Selain menetapkan arah kebijaksanaan, Pemda Simeulue juga merencanakan pengelolaan kawasan pariwisata Simeulue yang diarahkan pada konsep wisata bahari dan wisata alam dengan semangat Back to Nature sehingga pengembangan pariwisata Simeulue tetap menjaga keseimbangan ekosistem.

Adapun rencana pengembangan yang akan datang adalah sebagai berikut :

1. Membangun kawasan wisata jemur di Pantai Lasikin hingga Pantai Lambaya sepanjang 40 Km.

2. Membangun resort untuk menunjang wisata Pantai di Kuta Batu, Buluhhadek, Lafakha, Miteum, Babang, Langi.

3. Membangun hutan-hutan wisata di Danau Lok Ulo, Danau Mutiara dan Suak Buluh.

4. Mempertahankan situs-situs seperti Makam Tengku Diujung.[4]

Penutup

Berbagai potensi pariwisata yang dimiliki Simeulue menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Namun hal itu belumlah cukup untuk mengundang wisatawan lebh banyak lagi. Berbagai rencana dilakukan oleh Pemda untuk memajukan pariwisata Simeulue. Seperti biasa yang terjadi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, berbagai rencana yang muluk-muluk akan selalu terkendala oleh berbagai faktor terutama faktor perhatian dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat yang minim terhadap daerah tertinggal. Tanpa adanya perhatian yang besar dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat tentunya kucuran dana yang diperlukan untuk membangun suatu daerah menjadi terhambat bahkan tidak ada sama sekali.

Dengan sistem otonomi daerah yang saat ini diterapkan di Indonesia menjadi peluang pada daerah-daerah tertinggal termasuk Simeulue untuk menggali potensi sendiri dalam menghasilkan Pendapatan Asli Daerah untuk dipergunakan membangun daerah masing-masing.

Secara teoritis otonomi daerah dapat mengangkat harkat dan martabat daerah, namun dalam kenyataannya tidak semua daerah menjadi maju berkat otonomi daerah. Berbagai penyebab melatarbelakangi ketidakmajuan daerah-daerah diantaranya adalah mentalitas kerja para aparat baik eksekutif maupun legislatif yang seringkali tidak berpihak pada rakyat.

Apabila melihat perkembangan situasi Politik, ekonomi, sosial dan budaya Simeulue saat ini, Usaha Pemda Simeulue untuk mengembangkan pariwisata menjadi sebuah retrorika. Oleh sebab itu perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Baik Pemerintah pusat maupun daerah untuk dapat secara sungguh-sungguh mengembangkan industri pariwisata di Simeulue guna menghasilkan Pendapatan Asli Daerah yang tinggi yang berarti pula dapat mensejahterakan rakyat Simeulue.



[1] Nyoman S Pendit, Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2003

[2] Buletin Aceh, edisi agustus 2004.

[3] Wayan Geriya, Pariwisata dan Segi-segi Sosial Budaya Masyarakat Bali (Bunga Rampai Antropologi Pariwisata), 1983. Denpasar, Faksas Unud

[4] Buletin Aceh, Op.Cit

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hay,,
sebentarlagi mungkin saya ke simeulue
bisa minta informasi gak??
kalau untuk mengunjungi pulau yang kecil2 ada yang bisa ngatar gak?
mungkin ada yang biasa sewa perahu
saya ingin tahu keindahan alam di sana
??
makasih